Sudah berapa banyak macam keberanian yang anda miliki? Berani gagal,  berani malu, berani mencoba hal baru, berani memulai karir atau bisnis baru, dan berani-berani yang lain. Namun sudahkah anda berani menyakiti, dengan sengaja dan terencana?

Kecuali anda seorang psycho yang sadis dan kejam, perbuatan menyakiti pastilah bukan hal mudah. Ada perasaan tak enak dan bersalah yang harus kita tanggung sesudahnya. Sebagai manusia yang ingin selalu berada di jalan yang baik dan benar, menyakiti tidak akan pernah ada di agenda anda. Tapi sayangnya, anda harus berani melakukannya, atau hidup anda akan terganggu dengan perasaan dan pikiran yang tak menyenangkan. Yang lebih buruk lagi, ketidakmampuan menyakiti bisa menghalangi jalan anda menuju kesuksesan.

Kenapa harus menyakiti

Menyakiti bisa kita terjemahkan sebagai melakukan perbuatan tidak menyenangkan kepada orang atau pihak lain, yang dapat membuat orang atau pihak lain mengalami kesulitan dan penderitaan. Di dunia kerja, kita sering harus melakukan perbuatan ini. Menghukum dan memecat karyawan, memutuskan kerjasama dengan pemasok yang sudah berjalan bertahun-tahun, menolak proposal sponsorship dan banyak lagi lainnya.

Begitu juga dalam kehidupan pribadi. Kadang anda harus menyakiti sang anak dengan menolak permintaannya untuk membelikan sesuatu. Di lain waktu anda juga harus berani menolak ipar yang ingin meminjam sejumlah uang atau barang. Menyakiti akan lebih sulit lagi pada saat anda harus mengakhiri suatu hubungan percintaan.

Menyakiti memang tidak gampang. Kasihan, tidak tega, tidak enak, dan tidak ingin membuat orang lain menderita. Itulah alasan yang sering dikemukakan untuk menghindari perbuatan ini.

Padahal ketidakmampuan menyakiti orang lain akan bisa berdampak buruk, baik bagi kita sendiri atau pihak lain tersebut. Coba anda pikiran sekali lagi. Seandainya anda tidak tega menghukum atau bahkan memecat karyawan yang melanggar peraturan. Wibawa anda akan jatuh di mata karyawan yang lain. Mereka akan berpikir, ”Kalau si A melanggar dibiarkan saja, tentu saya juga boleh dong melakukan hal yang sama.” Begitu pula dengan anak anda. Bayangkan jika anda selalu menuruti apapun permintaannya. Besar kemungkinan dia akan tumbuh menjadi anak manja dan penuntut.

Tidak mampu menyakiti bisa mendorong anda untuk gagal menjadi atasan yang tegas, gagal mendidik anak, gagal mencapai financial freedom, dan gagal-gagal jenis lainnya. Ketidakmampuan menyakiti juga membuat orang lain gagal belajar menjadi lebih baik. Mereka akan tetap merasa perbuatannya benar dan akan terus-terusan ”berkubang” dalam kesalahan yang sama.

Sebaliknya, jika berani menyakiti, kita memberikan pembelajaran bagi orang lain walaupun mereka tidak menyadarinya. Pihak yang kita tolak proposalnya akan terpaksa belajar untuk membuat penawaran lebih bagus. Anak kita akan mengerti bahwa tidak semua keinginan bisa dia dapatkan. Karyawan juga akan belajar disiplin dan bisa melihat anda sebagai atasan yang baik namun tegas.  

Hanya Soal Perasaan           

Secara logika, anda pasti tahu apa yang harus anda lakukan adalah demi kebaikan bersama. Jika sudah yakin perbuatan anda benar, anda akan segera sadar bahwa rasa bersalah setelah menyakiti hanyalah soal perasaan yang sifatnya sementara saja.              

Bayangkan kembali, apa akibatnya kalau anda masih juga tidak berani menyakiti. Tentu lebih buruk daripada anda tidak berbuat apa-apa. Apalagi kalau sampai anda membiarkan suatu kesalahan terjadi terus menerus hanya karena tidak tega atau kasihan.            

Berani menyakiti ibarat mengeluarkan duri dari dalam daging. Rasanya pedih dan sangat tidak nyaman. Namun jika anda tidak berani untuk menghadapi rasa pedih dan menunda-nunda mengeluarkan duri itu, bisa-bisa malah infeksi dan bernanah. Setelah duri dikeluarkan, rasa sakit akan hilang berganti dengan kelegaan. Demikian pula halnya dengan menyakiti yang sedang kita bicarakan. Awalnya akan sakit dan pedih, namun di kemudian hari akan membawa kebaikan.            

Setiap kali anda merasa ragu untuk menyakiti, cobalah langkah-langkah ini:

  1. Pastikan perbuatan yang akan anda lakukan sungguh-sungguh tepat dan merupakan jalan terbaik. Tentunya anda tidak sekedar menyakiti untuk bersenang-senang, namun menjalankan pilihan terbaik diantara yang buruk. Ini adalah proses membuat orang lain dan diri anda sendiri belajar menghadapi kenyataan. Anda juga harus yakin, bahwa penderitaan yang akan dialami ”sang korban” hanyalah bagian dari proses pembelajaran yang pada akhirnya membawa kebaikan. Jangan coba-coba menyakiti orang lain jika hanya akan membawa kesengsaraan tanpa ujung.  
  2. Katakan dengan jelas dan tegas. Ini bagian tersulit. Banyak orang menunda menyampaikannya dan ujung-ujungnya malah membuat keadaan makin memburuk dalam ketidakpastian. Katakan terus terang bahwa anda tidak bisa melakukan apa yang orang lain minta. Kalau perlu minta maaf karena tidak bisa membantu. Katakan kepada kekasih bahwa hubungan yang sudah semakin tidak konstruktif ini harus diakhiri. Atau anda berdua akan terjebak dalam kerumitan tanpa akhir.
  3. Hilangkan rasa bersalah. Yakinkan diri anda, rasa bersalah ini hanya di permukaan saja. Apa yang baru saja anda lakukan adalah yang terbaik untuk semua. Untuk mengurangi rasa bersalah, untuk sementara kurangi dulu interaksi dengan ”korban” anda. Alihkan perhatian ke hal-hal lain yang dapat menghibur anda. Jangan pandang mata orang yang baru anda sakiti. Bisa-bisa anda akan berubah pikiran dan semakin merasa bersalah.
  4. Cari contoh orang terkenal yang sukses menyakiti. Mantan CEO General Electric (GE) Jack Welch, misalnya,  sukses membawa GE menjadi perusahaan paling kompetitif dan produktif di dunia. Keberhasilan itu dia capai setelah menutup dan menjual sejumlah divisi dan memecat ribuan karyawan. Strategi dan gaya kepemimpinannya menjadi panutan bagi banyak pempimpin dalam berbagai bidang.  Gus Dur, mantan Presiden RI, menyakiti departemen penerangan dan departemen sosial. Ia dikenang sebagai presiden yang sukses membawa kebebasan pers di Indonesia. Anda juga bisa mencari tokoh lain yang bisa memotivasi diri anda untuk bisa menyakiti dengan berani.

Sekarang coba periksa sekeliling anda. Adakah seseorang atau sesuatu yang seharusnya sudah anda sakiti sejak lama, namun terus anda tunda-tunda? Jika iya, sebaiknya jangan buang waktu lagi. Ayo ambil tindakan. Ayo mulai menyakiti!